Profile

Bisnis Pariwisata Bali Dihempas Pandemi Dijepit Hutang

Bisnis pariwisata Bali dihempas pandemi menyisakan beban utang yang menghimpit banyak pengusaha.

Percaya Diri Berhutang untuk Modal Usaha Pariwisata

Awal 2018 ia begitu percaya diri mengajukan pinjaman besar ke bank untuk membesarkan usaha pariwisata yang ia geluti. Namun pandemi datang, menghentikan putaran bisnisnya. Kini hanya untuk membayar bunga pinjaman pun sudah sangat berat.

Wayan Swatama nyaris habis akal menghadapi situasi pandemi covid 19 yang melumat industri pariwisata Bali. Ia satu dari sekian banyak pelaku pariwisata yang dihempas begitu keras akibat lengangnya Bali dari aktifitas pelancong.

Tepen jan tepen danggul…saya merasa sudah jatuh, tertimpa tangga” tuturnya dalam bahasa Bali sambil menghela napas.

Impian Membangun Bisnis Pariwisata Bali

Wayan Swatama dikenal ulet dari mudanya. Suka bermain bola dan tak terlalu suka sekolah, akunya. Ia memilih sekolah pariwisata karena memang bidang itu yang dianggapnya paling cocok di Bali.

Sekolah pun sering bolos karena bentrok dengan jadwal kursus Bahasa Inggris yang ia ikuti. Ia sudah tahu betul apa yang ia mau tekuni sesuai dengan impian yang dia kejar membangun bisnis pariwisata di Bali.

Lulus sekolah mencoba mengadu nasib bekerja di kapal pesiar rute Amerika. Namun enam bulan sudah cukup buatnya belajar banyak hal. Ia memilih pulang dan merintis bisnisnya sendiri.

“Otak saya lebih berkembang kalau usaha sendiri, daripada kerja di kapal pesiar, berat meski gaji lumayan” ucapnya.

Meski sempat bekerja sebagai pegawai hotel, tapi dia sempatkan menjadi sopir pengantar wisatawan ke berbagai destinasi wisata di Bali.

Pekerjaan ini rupanya membuka jaringan pertemanan dengan banyak orang dari banyak kalangan. Ini yang kian menyuburkan semangatnya menjadi wirausahawan di bidang transportasi.

Ia mulai berani mengambil kredit mobil untuk dioperasikan para pengemudi yang juga teman-temannya.

Cicilan pembayaran mobil bisa dibayarkan dari hasil bisnis transportasinya itu.  Usahanya makin berkembang pesat.

Bisnis Akomodasi Pariwisata di Ubud, Bali

Rumah keluarga yang di Jalan Kajeng, Ubud ia renovasi menjadi penginapan. Review istimewa dari para tamu yang pernah menginap di tempatnya membuat bisnis akomodasi miliknya tak pernah sepi dari pesanan via online booking.

Prospek bisnis begitu cerah. Ia mulai berani mengajukan pinjaman ke kreditur lokal dan bank nasional. Lembaga Perkreditan Desa (LPD) mau memberikan pinjaman besar. Pantas saja karena Wayan Swatama memang sudah dikenal sebagai pengusaha yang tak neko-neko.

Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga tak segan mengucurkan kredit besar karena hitungan risiko gagal bayar tak masuk radar. Karena portofolio bisnis Wayan Swatama memang mengesankan.

Dengan modal pinjaman, Wayan Swatama mulai membangun Hidden Padma Retreat, penginapan 4 lantai dengan 11 kamar di tanah seluas 1000 meter persegi. Penginapan di area asri Desa Panestanan, Ubud itu dilengkapi fasilitas kolam renang dan restoran yang sangat nyaman.

Hobinya berkebun membuat area penginapan tampak hijau dan gemericik air kolam sungguh menenangkan. Banyak burung sering singgah bergantian dengan tupai yang jenaka melompati dahan-dahan pepohonan di sekeliling penginapan.

Sungguh dambaan pelancong yang menyukai suasana dekat dengan alam.

Pandemi Covid 19 dan Anjloknya Bisnis Pariwisata Bali

Hidden Padma Retreat selesai dibangun pada akhir 2019. Upacara syukur sesuai adat Bali dan kepercayaan Hindu sudah dilakukan. Penginapan sudah siap menerima para turis untuk menikmati kenyamanan Ubud.

Namun, sayup-sayup terdengar kabar jauh di belahan bumi utara, ada virus mematikan mulai menyebar. Cina me-lock down Kota Wu Han agar virus tak menyebar, karena dari sana asal muasalnya.

Bali masih aman, karena kabar itu tak mewujud berkurangnya kunjungan saat itu. Tapi rupanya tak terlalu lama kabar itu kian nyaring dan mengancam.

Virus itu datang dari sana setelah menumpang lewat beberapa orang yang bepergian antarnegara. Cina tak sanggup melokalisir sebaran virus yang kemudian disebut covid 19 itu.

Bisnis pariwisata Bali langsung anjlok seiring pandemi covid 19 yang cepat sekali menyerang dunia.

Pariwisata Bali Kehilangan Kunjungan Wisatawan

Satu persatu negara-negara di dunia menutup diri dan mencegah warganya ke luar negeri. Bali, yang nyaris 80 persen perekonomiannya digerakkan sektor pariwisata, terhenyak.

Tak butuh waktu lama pariwisata Bali kehilangan kunjungan wisatawan asing.

Meski virus saat itu belum tiba, tapi rasa sesak di dada sudah terasa. Tanpa kunjungan wisatawan, perekonomian Bali anjlok hingga minus 9,3%. Rasa cemas pada ketidakpastian kian mencekam banyak orang.

“Saya tahu ini bencana global, bukan hanya Bali yang kena” ucap Wayan Suwastama pasrah.

Gemericik air kolam masih terdengar mengisi keheningan. Wayan Swatama menebar palet memberi makan ikan koinya. Itu salah satu kegiatannya untuk mengusir pening di kepala karena bisnis yang macet.

Namun sekarang bukan hanya ikan koi, ia tambahkan juga ikan nila agar suatu ketika nanti bisa dipancing jadi lauk.

Penginapan yang baru berdiri belum lagi menjadi mesin incomenya, tapi butuh tetap dirawat. Biaya maintenance tak bisa diabaikan. Asset yang mestinya menghasilkan, kini justru menambah beban.

Belum lagi utang yang untuk membayar bunganya pun terasa sangat berat.

Terpaksa Merumahkan Karyawan

Dulu dia bisa mempekerjakan sekitar 25 orang karyawan. Secara bertahap terpaksa dirumahkan.

Awalnya masih bisa memberikan bantuan sembako untuk mereka yang terpaksa tak lagi bisa bekerja. Tapi kemampuannya membantu tiba juga di dasar tabungannya. Ia terpaksa menghentikan bantuan yang sangat berarti buat mereka itu.

Bahkan kini tinggal 8 orang karyawan yang masih bisa ia pertahankan. Itu pun mungkin akan berkurang lagi jika hingga akhir tahun ini (2021) ia tidak menemukan jalan keluar dalam memperoleh sumber pendapatan untuk menopang biaya operasional.

Angin Surga Dibukanya Penerbangan Internastional

Rencana dibukanya penerbangan internasional ke Bali beberapa waktu yang lalu cukup membuncahkan harapan. Namun, lagi-lagi, diundur. Berasa seperti hembusan angin surga yang menyejukkan, tapi hanya sejenak.

Situasi menjadi gawat sejak varian delta covid 19 dari India merajalela pascamusim mudik lebaran. PPKM Darurat diberlakukan.

“Kita semua harus kompak, jaga protokol kesehatan. Kalau daerah sini sudah taat prokes daerah lain tidak taat, ya ini tidak akan bisa selesai pandeminya. Hidup makin sulit karena semuanya jadi terus dilakukan pembatasan” ujarnya menata kesabaran.

Mencoba Tetap Survive

Sementara ini lelaki beristri dengan 3 anak ini mengajak keluarganya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan menjual makanan ke kerabat dan teman.

Wayan Swatama mencoba tetap survive di tengah situasi jaman yang tidak pasti.

Beberapa asset sudah ia lepas. Sudah 3 mobil terpaksa ia jual karena masih kredit dan sangat membebani. Sekarang sudah menawarkan sebidang tanah miliknya untuk menutup bunga hutang.

“Istri saya pintar masak. Bikin pizza goreng harga 5 ribu saya jual ke teman dan lewat whatsapp. Lumayan buat nambah-nambah.”

Tak hanya pizza goreng, kadang terima pesanan nasi ayam geprek, nasi goreng, rice bowl, apa saja yang bisa dijual tentunya dengan harga ekonomis karena memang banyak orang sudah tak punya kemampuan beli seperti jaman normal.

Work from Bali dan Harapan Pengusaha Pariwisata

Wayan Swatama juga sempat punya harapan pada gagasan Work from Bali (WFB) yang akan dilakukan 7 kementerian. Apalagi Ubud termasuk kawasan Green Zone alias zona hijau yang relatif terkendali dan minim jumlah penderita covid 19.

Ia berharap ada pekerja dari Jakarta atau kota lain yang sudi sementara ini pindah bekerja dari Bali. Agar para pelaku usaha pariwisata bisa sedikit bernapas setidaknya agar bisa memperoleh income untuk menutup biaya maintenance property dan sarana pariwisata yang sudah ada.

Sebagai lokasi kerja para digital nomad dan pekerja lepas, Bali memang sangat cocok. Karena hampir seluruh masyarakat target vaksin sudah memperoleh vaksinasi. Terutama di 3 wilayah; Nusa Dua, Sanur, dan Ubud.

Banyak penginapan juga sudah menerapkan prosedur CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety and Eviromentally Sutainable). Banyak ruang terbuka yang bisa digunakan untuk tempat bekerja di Bali, yang mungkin di Jakarta sangat sulit ditemukan.

Koneksi internet juga sangat baik di Bali. Ada banyak pilihan provider internet yang memberikan layanan terbaiknya.

“Saya sudah siap melakukan apa saja yang dibutuhkan untuk menyiapkan tempat bagi mereka yang mau work from Bali. Kami semua sudah divaksin juga,” ujarnya bersemangat.

Wayan Swatama berusaha tetap menjaga sikap optimisnya. Ia meyakini alam punya caranya sendiri, tinggal bagaimana manusia bisa memahami dan tidak melawan. Tetap jaga kesehatan dan gembira. Dunia tidak akan berakhir di sini.

Danang

Digital Nomad dari Jakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *